Strategi Perusahaan Bertahan di Tengah Pandemi

Satu tahun lebih pandemi telah masuk tanah air. Dan selama itu pula para pimpinan / pemilik berpikir tentang strategi perusahaan bertahan di tengah pandemi.

strategi perusahaan bertahan
pixabay.com

Berbagai skenario disiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan terburuk. Semua keputusan harus diambil secara terukur sehingga tidak terjadi blunder yang akan semakin meningkatkan nilai kerugian perusahaan.

Dengan mudah bisa jadi mengurangi jumlah produksi hingga jumlah karyawan adalah strategi paling usang. Dimana kemudian sejumlah karyawan yang mana termasuk dari biaya tetap dipangkas.

Namun bagi mereka yang bijak ternyata cara ini dianggap kurang tepat. Masih ada strategi lain yang bisa ditempuh tanpa harus mengorbankan karyawan.

Melakukan perubahan adalah kunci dari itu semua. Bila sebelumnya kita mengenal dengan sistem kerja padat karya atau konvensional maka saatnya ditinggalkan dan beralih ke era digital.

Pandemi secara tidak langsung pun mengajarkan siapa saja untuk lebih kreatif. Menangkap setiap masalah menjadi peluang untuk kemudian ditemukan solusi terbaik.

Strategi Perusahaan Bertahan Hendaknya Pro Karyawan

Mungkin terdengar aneh tapi faktanya kini ada beberapa perusahaan yang berpihak pada karyawan. Dimana mereka harus bersatu padu untuk bisa selamat dari badai pandemi.

Tak jarang perusahaan pun melakukan pemotongan tunjangan secara proporsional agar beban tidak terlalu besar. Selain itu pastinya ada banyak hal lain yang bisa dilakukan bila satu sama lain saling peduli.

Baca juga: Business Development Sebagai Jawaban Atas Tantangan Bisnis Masa Kini

Strategi perusahaan hadapi pandemi :

1. Membuat Model Bisnis Baru

Strategi perusahaan bertahan yang pertama kali harus dilakukan tentu saja adaptif sesuai dengan kebutuhan zaman. Percaya bahwa setiap masalah yang ada bila disikapi dengan bijak pastinya akan menelurkan ide baru. Tak terkecuali dan sangat memungkinkan dengan adanya model bisnis baru.

Biasanya perusahaan tidak akan membuat sesuatu yang benar-benar baru. Namun mereka bisa memodifikasi dengan apa yang ada dan lebih bisa diterima masyarakat luas.

Tidak jarang pula kita temukan banyak perusahaan yang sebelumnya mengusung konsep B2B atau business to business beralih ke B2C atau business to customer. Artinya bisa jadi apa yang diproduksi dan hasilkan langsung ke tangan pengguna tanpa perantara.

Bila hal ini terjadi dengan baik tentunya akan memotong rantai distribusi. Dan mereka yang diuntungkan pasti kedua belah pihak. Baik kita sebagai produsen maupun konsumen sebagai end user.

2. Beralih ke Digitalisasi

Strategi perusahaan bertahan berikutnya  yang bisa diambil tentu saja beralih ke era digital. Hanya saja dulu berjalan dengan pelan saja. Namun kini lain cerita dimana mau tidak mau kini digitalisasi dianggap sebagai solusi atas semua masalah.

Semua orang tanpa kecuali kini dipaksa untuk lebih sadar akan teknologi. Khususnya berkaitan dengan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari.

Mereka yang menolak dan enggan beralih ke satu masa yang identik dengan kata otomatisasi maka akan mulai ditinggalkan. Satu era yang konon bebas ruang dan waktu sehingga kapanpun setiap orang bisa tetap produktif.

3. Menunda Investasi dalam Research and Development

Perusahaan biasanya miliki tim yang akan bergerak dalam research and development. Dan untuk sementara ini ada baiknya mulai ditinggalkan kecuali berkaitan dengan bisnis secara langsung dan beralih ke mode bertahan terlebih dahulu.

Lain cerita dengan mereka yang cukup memiliki sumber daya dan momentum yang tepat maka kegiatan ini tak bisa ditunda lagi. Research and Development ini bisa diakali dengan mengoptimalkan key person sehingga meminimalisir biaya.

4. Rem Ekspansi dan Promosi

Dalam kondisi normal ekspansi usaha tentu menjadi sebuah keharusan tapi dengan adanya pandemi maka ada baiknya cara ini ditahan dulu. Optimalkan sumber-sumber pendapatan yang ada dengan tetap memperhatikan OPEC atau biaya operasional.

Manfaatkan semua yang ada saat ini hingga benar-benar siap bila memang harus ekspansi. Sebagai contoh bagi perusahaan pembiayaan mereka bisa menahan untuk tidak buka cabang terlebih dahulu.

Risikonya benar bahwa bisa jadi area cover bisa lebih jauh. Namun faktanya cara ini menjadi tetap yang terbaik karena dianggap sebagai satu cara paling realistis.

Pun demikian bila sebelumnya perusahaan miliki dana besar untuk promosi dengan melibatkan pihak luar maka ada baiknya kurangi terlebih dahulu. Libatkan seluruh karyawan yang ada untuk promosi dan budget bisa diarahkan ke mereka yang berkontribusi langsung.

5. Manfaatkan Dukungan dan Suplemen Pemerintah

Selama pandemi ini pemerintah memberikan suplemen atau dukungan kepada para pelaku usaha. Contoh paling mudah tentu saja dengan adanya pengurangan pajak yang harus dibayarkan perusahaan.

Cara-cara yang diberikan pemerintah ini tentu bisa digunakan sebagai strategi perusahaan bertahan di era pandemi. Menjadi penting pula untuk selalu melek terhadap kebijakan yang diberikan pemerintah supaya kita tetap up to date.

Baca juga: Peran Website dalam Bisnis Online di Era Digital

Selain cara-cara diatas sebagai satu cara atau strategi perusahaan bertahan sejatinya masih ada cara-cara lain. Sesuatu yang bisa dioptimalkan perusahaan untuk bertahan di era pandemi tanpa harus mengorbankan karyawan.

Semua ini pastinya bisa tercapai bila ada komunikasi antar pihak dan kesadaran bahwa kondisi sedang tidak baik. Namun demikian dengan gotong royong dan bersama-sama kita pasti bisa melaluinya.

Tinggalkan komentar